Ternyata sebenarnya aku mampu

dulu aku selalu memikirkan: “bagaimana nanti jika aku tidak bersama dia lagi?” “bagaimana jika aku tidak bisa rela?” “aku tak bisa kalau tidak bersama dia” dan masih banyak pikiranku yang buruk kalau nanti tidak bersama dia lagi. aku selalu takut dengan yang namanya perpisahan, apalagi berpisah dengannya. seseorang yang sangat aku butuhkan dalam hidupku. seseorang yang aku jadikan ‘rumah’ seseorang yang aku jadikan tumpuan, dan selalu jadi tempat aku pulang. bagaimana bisa? mau ke mana lagi aku harus pulang? pada siapa lagi aku mengadu? manusia mana lagi yang bisa kujadikan tumpuan selain dia? aku memang selemah itu. aku selalu butuh kasih sayang, aku selalu butuh seseorang untuk aku jadikan tumpuan. sangat berat rasanya saat ternyata seseorang itu harus pergi. pergi meninggalkanku yang selalu menjadikannya rumahku. hal yang sangat aku takutkan dan aku pikirkan, akhirnya terjadi. berat sekali menjalani hari-hariku tanpa ada seseorang itu. aku selalu rindu, aku selalu menangis dan aku selalu memikirkannya. tapi, sayang sekali dia tidak mau berurusan lagi denganku. sampai akhirnya, aku harus belajar untuk terbiasa tanpa kehadirannya. aku berusaha menjadi seseorang yang mampu menahan semuanya sendirian. selalu kutanamkan dalam pikiran dan hatiku bahwa aku bisa sendiri, aku bisa merelakannya. banyak hal yang membahagiakan dalam hidupku, banyak hal yang dapat aku syukuri. kalau aku hanya melihat sisi sakit dan perihnya saja dan tidak melihat sisi bahagianya, aku tidak akan merasa hidup ini adil, pasti aku selalu marah pada kenyataan. tapi ternyata, sebenarnya aku mampu hanya saja aku tidak mau kala itu.

Comments